Nothing is perfect.
Nothing is perfect.
Dia sibuk. Cuma dia tetap memantau diriku dari jauh. Dengan harap, aku baik-baik saja. Pada saat itu menjelang hari natal. Kita mengobrol seperti biasanya. Lalu pada saat itu dia bertanya "Sudah hias pohon natal belum?" Aku disitu bingung awalnya ingin menjawab apa. Karena kita tidak pernah menyinggung soal agama kita sendiri. Mungkin dia menebak karena pada saat itu mendekati hari natal? Pikirku pada saat itu. Dengan ragu aku menjawab "Sudah, kamu?" Aku pikir kita sama. Ternyata tidak. Kita tidak sama. Dia menjawab "Saya tidak" Disitu aku sadar, bahwa jarak ku sama dia selalu jauh. Dari segi apapun. Terlalu banyak perbedaaan di antara kita. Tapi rasa sayangku tidak pernah berubah sedikit pun.
Pastinya akan ada rasa bimbang disini. Banyak pertanyaan juga yang terkadang muncul di benak aku. Tapi itu semua presentasenya hanya 1% Walau sebenarnya perbedaan itu terasa nyata. Tapi sama dia, rasa bimbang ku hilang. Semuanya lenyap. Karena aku sayang dia. Egois, pastinya. Cuma aku gatau harus bersikap seperti apa tentang perbedaan ini. Aku ga mungkin mengambil hal yang bukan milikku. Tetapi aku juga tak ingin kehilangan dia.
Mungkin benar kata dia. Our relationship is too perfect. Until finally slapped by the fact that our religion is different. No one is perfect. Maybe, God intentionally made this big difference because our relationship is too perfect. Nearly perfect. Ga ada yang sempurna disini. Karena yang sempurna hanya milik Yang Maha Kuasa.